Minggu, 20 Maret 2016

PENGEMBANGAN PROGRAM BK

Sebagai  layanan yang profesional maka layanan Bimbingan dan Konseling saat ini harus memperhatikan kebutuhan siswa. William J. Kolarik (Nurihsan, 2006: 55) mengungkapkan bahwa kualitas mutu layanan bimbingan akan mendapatkan pengakuan jika layanan Bimbingan dan Konseling mampu memenuhi apa yang diharapkan oleh para konseli. Secara lebih rinci Goetsch& Davis (Nurihsan, 2006: 55) mengungkapkan bahwa mutu layanan bimbingan dan konseling merujuk pada proses dan produk layanan bimbingan dan konseling yang mampu memenuhi harapan siswa, masyarakat, serta pemerintah.

Suatu program bimbingan dan konseling yang baik biasanya mengikuti suatu pola perencanaan tertentu, dan dapat melihat kondisi-kondisi yang akan dihadapi, serta sanggup menghadapi perubahan-perubahan. Program disusun bersama oleh personil bimbingan dan konseling dengan memperhatikan kebutuhan siswa, mendukung kebutuhan pendidik untuk memfasilitasi pelayanan perkembangan siswa secara optimal dalam pembelajaran dan mendukung pencapaian tujuan, misi dan visi sekolah. Program yang telah disusun disampaikan pada semua pendidik di sekolah pada rapat dinas agar terkembang jejaring layanan yang optimal.
Rochman Natawidjaya (Ipah Saripah, 2006:66) mengemukakan bahwa Program Bimbingan dan Konseling yang baik adalah yang efektif dan efisien dengan ciri-ciri sebagai berikut.
a)    Program itu disusun dan dikembangkan berdasarkan kebutuhan nyata dari para siswa 
      yang bersangkutan.
b)    Kegiatan bimbingan disusun menurut skala prioritas yang juga ditentukan berdasarkan
      kebutuhan siswa dan kemampuan petugas.
c)    Program dikembangkan berangsur-angsur dengan melibatkan semua tenaga pendidikan 
     dalam merencanakannya.
d)   Program memiliki tujuan yang ideal, tetapi realistis dalam pelaksanaannya.
e)   Program mencerminkan komunikasi yang berkesinambungan di antara semua anggota dan 
     staf pelaksananya.
f)     Menyediakan fasilitas yang diperlukan.
g)  Penyusunan disesuaikan dengan program pendidikan di lingkungan yang bersangkutan.
h)  Memberikan kemungkinan pelayanan kepada semua siswa yang bersangkutan.
i)    Memperlihatkan peranan yang penting dalam menghubungkan dan memadukan sekolah
    dan masyarakat.
j)     Berlangsung sejalan dengan proses penilaian diri, baik mengenai program itu sendiri 
     maupun kemajuan dari siswa yang dibimbing, serta mengenai kemajuan pengetahuan, 
     keterampilan dan sikap para petugas pelaksananya.
k)    Program itu menjamin keseimbangan dan kesinambungan pelayanan bimbingan dalam 
     hal 1) pelayanan kelompok dan individual; 2) pelayanan yang diberikan oleh petugas
     bimbingan; 3) penggunaan alat pengukur yang obyektif dan subyektif; 4) penela’ahan 
     tentang siswa dan pemberian bimbingan; 5) pelayanan diberikan dalam berbagai jenis
     bimbingan; 6) pemberian bimbingan umum dan khusus; 7) pemberian bimbingan 
     tentang berbagai program sekolah ; 8) penggunaan sumber-sumber di dalam dan 
     di luar sekolah; 9) kesempatan untuk berpikir, merasakan, dan berbuat; 
    10) kebutuhan individu dan kebutuhan masyarakat.


Langkah-langkah Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling
Fase dalam pengembangan program bimbingan dan konseling disekolah, menurut Gysbers dan Henderson (Muro & Kottman, 1995: 55-61) ada empat fase, yaitu: perencanaan (planning), perancangan (designing), penerapan (implementing), dan evaluasi (evaluating).
1.     Perencanaan ( Planning )
Proses perencanaan Program Bimbingan dan Konseling seharusnya dilakukan secara terbuka, dalam arti bukan hanya melibatkan personil Bimbinganm dan Konseling saja, akan tetapi juga melibatkan orang-orang yang memiliki peran penting dalam pengambilan kebijakan.
Gysbers & Henderson (Muro & Kottman, 1995:56) mengemukakan langkah pertama yang harus dilakukan oleh konselor dalam perencanaan program BK adalah membentuk komite yang representatif. Komite ini selanjutnya disebut dengan komite bimbingan dan konseling. Tugas dari komite ini adalah merancang (planning), mendisain ( designing ), mengimplementasikan ( implementing ), dan mengevaluasi (evaluation) program BK yang akan dilaksanakan. Komite ini terdiri dari orang tua, guru, pakar bimbingan, dan tentunya konselor sebagai pengatur dan konsultan komite.
Tugas selanjutnya dari komite ini adalah menetapkan dasar penetapan program. Mendefinisikan program secara operasional yang terdiri dari : (1) identifikasi target populasi layanan (siswa, orang tua, guru), (2) isi pokok program (tujuan dan ruang lingkup program), (3) organisasi program layanan (pengorganisasian layanan bimbingan).
Ahmad Juntika Nurihsan (2005:40) memberikan gambaran mengenai kegiatan yang dilakukan dalam proses perencanaan, diantaranya : (1) analisis kebutuhan dan permasalahan siswa; (2) penentuan tujuan program layanan bimbingan yang hendak dicapai; (3) analisis situasi dan kondisi di sekolah, (4) penentuan jenis-jenis kegiatan yang akan dilakukan; (5) penetapan metode dan teknik yang digunakan dalam kegiatan; (6) penetapan personel-personel yang akan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan; (7) persiapan fasilitas dan biaya pelaksanaan kegiatan-kegiatan bimbingan yang direncanakan; (8) perkiraan tentang hambatan-hambatan yang akan ditemui dan usaha apa yang akan dilakukan dalam mengatasinya.
2.     Perancangan (Desaigning)
Sebagai arahan dalam mendisasin program bimbingan dan konseling komprehensif Gysbers & Handerson mengembangkan tujuh tahap untuk mewujudkan disain program BK sebagai berikut :
·         memilih struktur dasar program;
·         merancang komptensi siswa;
·         menegaskan kembali dukungan kebijakan;
·         menetapkan parameter untuk alokasi sumber daya;
·         menetapkan hasil yang akan dicapai oleh siswa;
·         menetapkan aktivitas secara spesifik yang sesuai dengan komponen program;
·         mendistribusikan pedoman pelaksanaan program;
3.     Penerapan ( Implementing )
Setelah melalui proses perencanaan dan disain yang baik, tahap berikutnya adalah tahap implementasi. Dalam menerapkan program, konselor sebaiknya perlu memiliki kesiapan untuk melaksanakan setiap kegiatan yang telah dirancang sebelumnya.  sehingga terdapat kesesuaian antara program yang telah dirancang dengan pelaksanaan di lapangan dan program terlaksana dengan baik.
Proses implementasi sejumlah kegiatan dari keseluruhan program harus didasarkan skala prioritas yang didapatkan dari hasil analisis kebutuhan. Selain itu penerapan program bimbingan dan konseling yang telah dirancang dengan baik, seyogianya diset dalam alokasi waktu satu tahun ajaran. Muro & Kottman (1995:60) mengemukakan “ implementation of a program works best when plans are developed for an entire school year. It will be helpful if the overall plan is broken down into monthly and weekly segments that direct the delivery of the guidance program as well as specialized counseling service”.
4.     Evaluasi.
Evaluasi menjadi umpan balik secara berkesinambungan bagi semua tahap pelaksanaan program. Evaluasi ini bertujuan untuk memperoleh data yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan, baik untuk perbaikan maupun pengembangan program di masa yang akan datang.  Evaluasi juga dimaksudkan untuk menguji keberhasilan atau pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. 
Tolley & Rowland (Ipah Saripah, 2006:70) mengemukakan bahwa evaluasi terhadap efektivitas program bimbingan dan konseling dapat dilihat dari tiga indikator, yakni proses, hasil jangka menengah, dan hasil akhir. Evaluasi mempunyai fungsi untuk menentukan layak tidaknya suatu program. Evaluasi adalah proses penilaian dengan jalan membandingkan antara tujuan  yang diharapkan dengan kemajuan prestasi yang dicapai.  Pada dasarnya evaluasi program merujuk pada seluruh aspek perencanaan yang telah dilakukan. Alur proses evaluasi dapat dilihat pada bagan 1.2 di bawah ini.
Bagan 2.1
Alur Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling



Evaluasi dan tindak lanjut merupakan kegiatan yang dilaksanakan beriringan pada saat inventarisasi kebutuhan dan pengembangan disain program (pra program), implementasi program (proses program) dan sesudah implementasi program (hasil program). Tujuannya adalah untuk menentukan keputusan terhadap kualitas pra program, proses program dan hasil program sehingga dapat ditentukan langkah tindak lanjut yang dibutuhkan untuk pengembangan program selanjutnya.
1)      Teknik Evaluasi
      Evaluasi diselenggarakan menggunakan teknik non-tes.
2)      Bentuk Evaluasi
      a.       Angket keterserapan program bimbingan dan konseling
      b.      Format catatan (anekdot) kegiatan bimbingan dan konseling
      c.       Instrumen pelengkap dalam setiap sesi bimbingan dan konseling sesuai materi
Implikasi Dalam Praktik Bimbingan dan Konseling
Program bimbingan dan konseling dalam praktiknya di sekolah merupakan guide line dan  frame of work yang menjadi gambaran praktik profesional layanan bimbingan dan konseling, oleh karena itu pengembangan program bimbingan bukan lagi sebagai ritual administratif yang sangat senjang antara program yang dikembangkan dengan pelaksanaannya.
Program bimbingan harus dikembangkan sebagai bentuk pengakomodaasian kebutuhan siswa dan sebagai sarana pencapaian tujuan pendidikan yaitu tercapainya perkembangan siswa yang optimal yang bisa diukur dan dilihat dalam berbagai indikator yang jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Aam Imaddudin.  (2014). PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING (online). http://wwwhouseofcounseling.blogspot.co.id/2012/01/program-bimbingan-dan-konseling.html. diakses 21 Maret 2016
Abin Syamsyudin Makmun. (2003). Psikologi Kependidikan : Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung:Rosda
Ahmad Juntika Nurihasan. (2005). Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung :Refika Aditama
_____________ (2006). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung : Refika Aditama
Akhmad Sugianto. (2013). Pengembangan Program BK (online) . http://akhmad-sugianto.blogspot.co.id/2013/02/pengembangan-program-bimbingan-dan_5067.html. diakses 21 Maret 2016
Connecticut School Counselor Associatiton (2000). Connecticut Comprehensive School Counseling Program. Connecticut : CSCA incorporation with CACES and CSDE
Departemen Pendidikan Nasional (2007).  Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung : Jurusan Psikologi Pendidikan FIP UPI Bandung Bekerjasama dengan PB. ABKIN
Hurlock, Elizabeth. (1994). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga
Ipah Saripah. (2006). ” Program Bimbingan untuk Mengembangkan Perilaku Prososial Anak”. Tesis pada Program Pasca Sarjana UPI Bandung : tidak diterbitkan
Mohamad Surya. (1996). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung : Publikasi Jurusan PPB-FIP UPI Bandung
Muro, James J & Kottman, Terry. (1995). Guidance and Counseling In The Elementary and Middle School : A Practical Approaches. USA : Wm. C Brown Communication, Inc.
Moree, Cheryl .(2004).”Comprehensive Developmental School Counseling Program” dalam Professional School Counseling : A Handbook of Theories, Program & Practices. Ed. Erford, Bradley T. Austin – Texas :  CAPS Press.
Nana Syaodih Sukmadinata. (2003). Landasan Psikologis Proses Pendidikan. Bandung : ROSDA
PUSKUR. (2002). Panduan Pelayanan BK Berbasis Kompetensi. Jakarta : Pusat Pengembangan Kurikulum
Sciarra, Daniel T. (2004).  School Counseling ; Foundation and Contemporary Issues. Belmont USA : Brooks/ Cole -  Thomson Learning
Syamsu Yusuf  . (2004). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : Rosda
_____________.(2002). Panduan Pelayanan BK Berbasis Kompetensi. Jakarta : Pusat Pengembangan Kurikulum
Syamsu Yusuf & Ahmad Juntika Nurihsan (2008). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung : Kerjasama Program Pasca Sarjana UPI dengan PT Remaja Rosdakarya.





0 komentar:

Posting Komentar